LAPORAN AKHIR PROGRAM PENELITIAN : KONVERSI LAHAN DAN MODEL MITIGASI BENCANA DI KAWASAN RAWAN BENCANA II DAN III GUNUNG MERAPI, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia, dengan periode letusan yang pendek yaitu antara dua hingga tujuh tahun. Pada tahun 2010 Gunung Merapi meletus dengan sangat hebat, sehingga banyak penduduk yang tinggal di sekitar lereng Merapi kehilangan rumah, hewan piaraan dan harta benda. Setelah terjadi erupsi Merapi tahun 2010, pemerintah melalui Perbup No 20/2011 membagi kawasan lereng Gunung Merapi ke dalam tiga kategori berdasarkan dampak dan resiko dari erupsi gunung tersebut terhadap kehidupan penduduk yang tinggal di sekitarnya, iaitu: Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, KRB II dan KRB I. KRB III merupakan kawasan di lereng Merapi yang paling dekat dengan sumber bahaya letusan Merapi, dimana di kawasan ini oleh pemerintah dilarang pembangunan hunian permanen baru. Sedangkan di KRB II merupakan kawasan di bawah KRB III yang terdampak aliran lahar dan lontaran batu pijar, dimana di kawasan ini masih diperbolehkan untuk membangun perumahan dengan persyaratan tertentu. Sasaran penelitian ini adalah ingin mengetahui perubahan penggunaan lahan sawah dan tegalan menjadi perumahan di KRB III dan II di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman dalam kurun waktu 2011 � 2019 dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan warga masih tertarik membangun rumah di KRB III dan II tersebut. Lokasi penelitian di Kecamatan Pakem dan Turi Kabupaten Sleman yang termasuk di dalam KRB III dan II Gunung Merapi. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling, dengan informan sebanyak delapan orang. Konversi lahan yang terjadi di kawasan KRB II dan III Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, adalah dari lahan tegalan menjadi pemukiman. Hasil penelitian yaitu; 1) Di Kecamatan Turi terjadi perubahan lahan tegalan menjadi pemukiman seluas 124.37 ha atau 14.77 ha per tahun, sedangkan di Kecamatan Pakem perubahan penggunaan lahan tegalan menjadi pemukiman seluas 102.27 ha atau 11.36 ha per tahun. Laju peningkatan konversi lahan pertanian menjadi perumahan di kedua kecamatan tersebut sebesar 11% pertahun; 2) Faktor-faktor penyebab penduduk tertarik membangun rumah dan merasa nyaman tinggal di KRB II dan III Gunung Merapi adalah faktor lingkungan, ekonomi dan sosial; dan 3) Pelaksanaan program mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Pakem dan Turi dapat berjalan dengan baik karena didukung oleh faktor-faktor: koordinasi, partisipasi masyarakat, inisiasi masyarakat, kerjasama antara pemerintah dengan swasta/NGO, serta informasi. Model mitigasi bencana yang dapat diterapkan di lokasi penelitian ialah model mitigasi bencana berbasis masyarakat.

1.  UEU-Research-23209-16_0852.pdf - 1812 KB

• POST-DISASTER MANAGEMENT IN INDONESIA: A CASE STUDY OF RELOCATION OF CASUALTIES OF THE 2010 MERAPI ERUPTION IN YOGYAKARTA AND ITS IMPACT ON THEIR SOCIO-ECONOMIC CONDITIONS
• LAND CONVERSION AND DISASTER MITIGATION MODELS IN INDONESIA: CASE STUDY AT DISASTER PRONE AREAS II AND III OF MOUNT MERAPI, SLEMAN REGENCY
• LAPORAN AKHIR PROGRAM PENELITIAN : KONVERSI LAHAN DAN MODEL MITIGASI BENCANA DI KAWASAN RAWAN BENCANA II DAN III GUNUNG MERAPI, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
• PEER REVIEW JURNAL ILMIAH : LAND CONVERSION AND DISASTER MITIGATION MODELS IN INDONESIA: CASE STUDY AT DISASTER PRONE AREAS II AND III OF MOUNT MERAPI, SLEMAN REGENCY